Ketika Aku Jatuh Cinta
Allahku.. aku menelan ludahku sendiri. Dan ini pahit. Sangat pahit.
Allahku.. entahlah, ini terlalu sakit. Sakit yang istimewa.
Allahku yang keren, terimakasih sudah memberikanku keberanian untuk jatuh cinta.
Allahku, kenapa orang-orang berbohong? kata mereka, jatuh cinta itu indah. Jatuh cinta itu menyenangkan. Tapi.. aku tak merasakan seperti apa yang mereka bilang. Mereka berbohong Ya Allah.. mereka jahat.
Allahku, sudah lama aku takut jatuh cinta. Sudah lama aku menutup hati untuk siapapun.
Allahku, aku bodoh. Aku menginjak garis merah. Dulu, aku sangat membenci orang yang merokok. Dulu, aku bilang aku takut jatuh cinta. Aku gabakal jatuh cinta lagi. Pada siapa pun.
Tapi sekarang, ludahku kutelan pahit-pahit. Kuinjak garis merah itu. Aku menantang.
Allahku, aku jatuh cinta..
Bahkan, dalam waktu yang sangat singkat. Jatuh cinta pada orang yang baru kukenal. Dia merokok.
Lalu, jangan tanyakan kenapa aku mencintainya. Ini terlalu sulit untuk kujawab.
Allahku, sekarang silahkan.. boleh kau tutup hatiku kembali. Rapat-rapat kalau perlu. Aku tak ingin membukanya lagi sedikitpun.
Ternyata, ketakutanku benar. Jatuh cinta itu, sakit. Sakit sesakit sakitnya.
Allahku, izinkan sakit ini hilang. Izinkan aku hanya merasakan ini sementara. Dan tidak berkepanjangan.
Allahku, kenapa dia tiba-tiba datang? kenapa harus kurasakan senyaman ini?
Allahku, seharusnya kau tak menulis skenario ini. Aku tak mengharapkannya.
Allahku, lagi-lagi aku melakukan kesalahan besar.
Allahku, bantu aku menyelesaikan skenario buatanmu secepat mungkin.
--oo--
Ketika aku jatuh cinta.. Ya, aku memang sudah lama menutup hatiku. Menutupnya dengan keegoisan hati yang berambisius percaya diri takkan lagi merasakan jatuh cinta. Entah kenapa. Aku sama sekali tak tahu kenapa aku melakukannya. Ketakutan, seperti anak kecil yang jauh dari ibunya. Aku selalu berkata, "siapkan trampolin!!" orang-orang bingung dengan perkataanku ini. "Untuk apa?" mereka bertanya. Al-Qur'an menjawab dengan ayat-ayat Allah, aku menjawab dengan semaunya. "Untuk cinta.." kataku. Lagi-lagi para manusia masih mengerutkan dahi. Baiklah, akan kuperjelas. "Untuk cinta. Biar si cinta ga jatuh. Kalau jatuh, sakit". Haa aku malah menyengir. Tak peduli para manusia mengerti atau tidak apa yang aku katakan. Aku hanya melakukan apa yang aku suka. Aku adalah aku yang dilihat didepan cermin.
Kau tahu? aku sangat kesal. Merasakan sakit yang teramat sakit. Menyesal tak berujung. Aku mengatakannya. Ya, aku mengatakan padanya bahwa aku mencintainya. Malu.. sangat malu. Lalu aku bertanya pada tuhan. Tuhan, kenapa kau menciptakan rasa cinta?. Tapi yang menjawab Al-Qur'an, Allah sengaja. Ini fitrah manusia. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan katanya. Tunggu! memangnya aku manusia?
CINTA.. Orang bilang, jatuh cinta itu keren. Bisa bikin melayang terbang walau tanpa sayap. Orang bilang, cinta itu indah, kayak bunga-bunga ditengah kandang buaya. Orang bilang, cinta itu manis, semanis aku diantara kalian-kalian yang pahit.
Wait! aku penah jatuh cinta!
Dulu, aku pernah pacaran. Cinta monyet orang bilang. Padahal aku bukan monyet. Eh, kurasa. Ya, dulu emang masa-masa konyol. Pertama kali aku suap-suapan sama doi kayak ftv di televisi. Disuapin kue ulang tahun masa. Bodoh sekali.
Lain cerita. Kalian pernah ditembak tapi gak mati? aku pernah. Pake kartu remi. Yang suka dipakai orang untuk judi. Ih keren! iya, waktu itu aku pernah dikunci berdua sama si doi di mabes polri. Tempat dimana anak-anak karang taruna berkumpul. Abis gitu, aku disuruh ngambil 1 kartu diantara 2 kartu yang dibikin terbalik sama si doi. Yang satu merah, yang satu hitam. Katanya, "ayo! ambil satu. Kalau kau mengambil warna merah, berarti kau menolakku. Tapi kalau kau mengambil warna hitam, kau menerimaku". Menerima apa? sebagai kekasih? hihi ada-ada saja. Bagaimana aku tahu mana yang merah dan mana yang hitam? kartu itu terbalik. Aku tak tahu. Tapi aku yang keren ini malah ngambil kartu hati warna hitam. Yes! aku menerimanya! feelingku hebat. Tanpa basa-basi para manusia yang lain langsung melemparkan si doi ke balong. Ah pokoknya itu sangat keren!
Semua hanyalah tinggal cerita. Sudah kubilang, aku sudah lama menutup hatiku. Sewindu mungkin aku sudah tak merasakan jatuh cinta. Sejak tahun 1997 sepertinya. Dan tiba-tiba cinta datang kepadaku~
Bagaimana rasanya jatuh cinta? jatuh cinta itu indah karna dibuat oleh 2 orang yang saling mencintai bukan? Bukan seseorang yang sedang jatuh hati, kemudian memaksa dengan cara apapun agar orang itu mencintai juga.
Aku pun ingin jatuh cinta. Merasakan seperti apa yang orang lain katakan tentang cinta. Tapi aku ingin mencintai dengan cara yang berbeda. Ingin mencintai dengan sederhana. Dan ingin mencintai seperti apa yang aku suka. Tak ada paksaan. Jika aku sedang jatuh cinta, aku tak peduli apakah orang yang kucintai cinta atau tidak kepadaku. Terserah saja. Lakukan saja apa yang kau suka.
Tapi, bagaimana mungkin aku bisa terjebak dalam cinta? aku kembali merasakan jatuh cinta. Bandung, sore itu keren dan lucu karna sosis besar gratis yang mantap. Aku baru mengenalnya, belum lama ini. Diacara pensi sekolah. Kakak kelasku mengenalkankanku pada seseorang. Kupanggil dia Kebo. Entahlah, aku suka menggilnya dengan panggilan itu.
Awalnya, aku sama sekali tak merasakan apapun. Bahkan getaran mungil cinta sekalipun. Sore itu, aku mencintainya. Bersama olesan terigu yang mengeras dimuka. Sambung lagunya membuatku rindu. Sunggingan di pipi itu menemani candaan pada sebuah saung yang baru kududuki. Gunung Puntang, Sawah, Balong dan bersama penghuni lainnya menjadi saksi. Saksi ketika si cinta merayap merasuki hati. Membuatku repot berhari-hari.
Tapi, karna malam itu. Semua berubah seketika.
"Ayah, kenapa aku jatuh cinta?" tanyaku pada seorang seniman itu. "Karna kau hidup" jawabnya. Singkat memang. Tapi kurasa itu jawaban yang boleh sah kuanggap benar. Manusia, aku memanglah seorang manusia. Yang diselundupkan oleh orang tua yang bersenang-senang dikamar pengantin. Jatuh cinta hal yang wajar. Kurasa, semua pasti pernah merasakan jatuh cinta. Kecuali, orang yang tak punya akal dan hati. Kuulangi sekali lagi. Jatuh cinta itu wajar. Tapi, wajarkah bila aku mencintai seseorang yang masih dianggap sebagai kekasihnya oleh orang lain? Artinya, aku mencintai orang yang dicintai juga oleh olang lain.
Mencintainya. Harus dengan kesabaran ekstra. Wajar, dia primadona. Hampir, mungkin. Banyak saingan.
Ah, sudahlah. Aku sedang malas menceritakannya. Lain kali saja. Ini hari pertamaku belajar sebagai santri kelas 3 Mu'allimin. Tapi aku malah kabur ke lab komputer. Ih nakal! sudah dulu dan sampai jumpa!
--oo--
Hei kau. Terimakasih sudah berkunjung. Kalau kau ingin pergi, silahkan. Aku takkan melarang. Lakukan saja apa yang kau suka. Aku senang. Mencintaimu.
Bandung, 6 Agustus 2014. Dibuat oleh rindu pada sipemberi kartu The Panas Dalam yang kusebut keren.
Komentar
Posting Komentar