21 April - KartiniDay
Tanggal 21 April tentu kita ingat tentang Hari Kartini. Dimana dulu waktu pas kartinian tuh gue pake kebaya dan lenggak lenggok di panggung yang ceritanya gue mau pamer pake kebaya dan sanggul hehe. Berbeda dengan sekarang yang tadi pagi sempet-sempetnya gue lupa kalau hari ini tuh KartiniDay. Gatau kenapa. Mungkin karna sekarang gue sekolah di Pesantren yang sama sekali ga ngerayain hati-hari besar selain dari Iedain- Idul Fitri dan Idul Adha.
Ceritanya gini. Tadi pagi dengan motor Asrtrea kesayangan gue yang dikasih nama KESATRIA BAJA HITAM itu gue berangkat sekolah. Dan gue liat ga biasanya tuh anak-anak SD,SMP dan SMA pada pake baju kebaya dan baju pangsi.
Lah? sekarang kan hari Senin bukan hari Rabu yang biasanya #ReboNyunda . tersirat satu pertanyaan yang terngiang ngiang di kepala gue. Ah yaudahlah bukan masalah gue ini. Taunya pas gue nanya ke temen yang bernama Resti.
"Res, ko aneh yak hari ini kenapa pada pake kebaya sama baju pangsi?" gue nanya.
"Ehh kan sekarang itu KartonoDay syaa.. Eh kartiniDay deh." sekiranya begitulah dia menjawab.
"Oh iya yah lupa.. hehe" gue jawab lagi dengan dongo.
*dikelas* Lagi belajar pun gue ketawa-ketawa sendiri kalau hari ini tuh KartiniDay. Entahlah, memang ada apa dengan KartiniDay? yaa gue inget aja pas dulu waktu bocah sempet ikut lomba-lomba gitu memperingati hari Kartini. Nostalgiaaaaaaaa ~
Tapi itu dulu. Beda dengan sekarang yang gue sampe lupa Hari Kartini karna sekarang gue berstatus SANTRI. Tapi santri pun bukan berarti harus lupain jasa-jasa para pahlawan kesiangan waktu pas jaman breto gitu.. Eh engga deng. Kita sebagai Warga Negara Indonesia jangan sampe lupa akan sejarah. Karna dari Sejarah itulah kita bisa menemukan hikmah dari sebuah perjuangan para Pahlawan pada Era penjajahan. So, inilah sejarah dari Hari Kartini.
Peringatan Hari Kartini tidak hanya diperingati oleh instansi pemerintah dalam bentuk upacara bendera, tetapi juga oleh anak-anak TK maupun SD yang mengenakan pakaian adat daerah masing-masing sebagai lambang Bhineka Tunggal Ika.
Ceritanya gini. Tadi pagi dengan motor Asrtrea kesayangan gue yang dikasih nama KESATRIA BAJA HITAM itu gue berangkat sekolah. Dan gue liat ga biasanya tuh anak-anak SD,SMP dan SMA pada pake baju kebaya dan baju pangsi.
Lah? sekarang kan hari Senin bukan hari Rabu yang biasanya #ReboNyunda . tersirat satu pertanyaan yang terngiang ngiang di kepala gue. Ah yaudahlah bukan masalah gue ini. Taunya pas gue nanya ke temen yang bernama Resti.
"Res, ko aneh yak hari ini kenapa pada pake kebaya sama baju pangsi?" gue nanya.
"Ehh kan sekarang itu KartonoDay syaa.. Eh kartiniDay deh." sekiranya begitulah dia menjawab.
"Oh iya yah lupa.. hehe" gue jawab lagi dengan dongo.
*dikelas* Lagi belajar pun gue ketawa-ketawa sendiri kalau hari ini tuh KartiniDay. Entahlah, memang ada apa dengan KartiniDay? yaa gue inget aja pas dulu waktu bocah sempet ikut lomba-lomba gitu memperingati hari Kartini. Nostalgiaaaaaaaa ~
Tapi itu dulu. Beda dengan sekarang yang gue sampe lupa Hari Kartini karna sekarang gue berstatus SANTRI. Tapi santri pun bukan berarti harus lupain jasa-jasa para pahlawan kesiangan waktu pas jaman breto gitu.. Eh engga deng. Kita sebagai Warga Negara Indonesia jangan sampe lupa akan sejarah. Karna dari Sejarah itulah kita bisa menemukan hikmah dari sebuah perjuangan para Pahlawan pada Era penjajahan. So, inilah sejarah dari Hari Kartini.
Hari Kartini ...
Peringatan Hari Kartini tidak hanya diperingati oleh instansi pemerintah dalam bentuk upacara bendera, tetapi juga oleh anak-anak TK maupun SD yang mengenakan pakaian adat daerah masing-masing sebagai lambang Bhineka Tunggal Ika.
Sejarah
diperingatinya Hari
Kartini pada tanggal 21 April adalah setelah ditetapkan oleh Presiden
Soekarno dengan surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964 dimana
Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan sekaligus
menetapkan hari lahirnya yaitu tanggal 21 April diperingati
setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari
Kartini.
Pemilik nama lengkap Raden Adjeng Kartini ini berasal dari kalangan priyayi atau kelas
bangsawan Jawa, putri Raden Mas Sosroningrat bupati Jepara kala itu. Kartini lahir dari
keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat mulanya
adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah putri
dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono seorang guru agama di
Teluwakur, Jepara.
Kartini
adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara baik saudara kandung dan maupun
saudara tiri. Dari
kesemua saudara kandung Kartini merupakan anak perempuan tertua. Kartini
mempunyai silsilah keturunan keluarga yang cerdas dimana kakeknya
yaitu Pangeran Ario
Tjondronegoro IV diangkat menjadi bupati pada usia 25 tahun. Sedangan
Kartini mempunyai kakak yang bernama Sosrokartono beliau adalah seorang
yang pintar dalam bidang bahasa.
Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere
School) sampai usia 12
tahun dan salah satu mata pelajarannya adalah bahasa Belanda. Ia mulai
belajar menulis surat kepada teman-teman korespondensi
yang berasal dari Belanda, diantaranya adalah Rosa Abendanon yang
banyak mendukungnya melalui buku-buku, koran, dan majalah Eropa.
Kartini
sangat tertarik pada kemajuan berpikir perempuan-perempuan di Eropa hingga timbul keinginannya
untuk memajukan perempuan pribumi yang pada saat itu berada pada status sosial yang rendah. Surat-surat Kartini sebagai hasil
korespondennya dengan beberapa rekan sahabatnya di Eropa
kemudian dijadikan sebuah buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kartini menikah dengan bupati Rembang Raden
Adipati Joyodiningrat pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan
Kartini oleh karenanya ia diberi kebebasan dan didukung untuk mendirikan sekolah
wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang
yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari setelah melahirkan, tepatnya tanggal 17 September 1904 Kartini menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih terbilang muda yaitu pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari setelah melahirkan, tepatnya tanggal 17 September 1904 Kartini menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih terbilang muda yaitu pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.
Sekian dan Segitu Ajah. Babay. :)
https://www.google.com/search?q=sejarah+hari+kartini&client=firefox-a&hs=e9S&rls=org.mozilla:en-US:official&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=i6xUU-rEAomErAeeyYCYBQ&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=640#facrc=_&imgdii=_&imgrc=fNqMtS8R3yEBXM%253A%3B0hcqYqvxNhNklM%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.bimbingan.org%252Fwp-content%252Fuploads%252F2013%252F06%252Fteks-pidato-hari-kartini.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fberitakoran.com%252Fteks%252Fteks-pidato-upacara-peringatan-hari-kartini.html%3B300%3B300
http://www.infonews.web.id/2013/03/sejarah-hari-kartini-21-april.html
-Risya Nur Rayhani-
Bandung, 21 April 2014
Komentar
Posting Komentar